Jakarta, Suryanews.co.id – Alvara Research Center merilis analisa data mengenai wabah corona (Covid-19) di Indonesia, Sabtu (9/5/2020). Dalam analisa data tersebut, Alvara berkesimpulan kalau puncak pandemi di Indonesia ini tidak mudah diprediksi karena masing-masing pulau maupun wilayah memiliki tingkat penyebaran dan trend yang berbeda-beda.
Sejak 11 April 2020 sampai sekarang, trend penambahan kasus harian terlihat stabil. Artinya, tidak ada lonjakan kenaikan maupun penurunan yang signifikan. Kenaikan pasien baru rata-rata berkisar 300-400 orang. Kondisi ini diprediksi akan tetap terjadi 7 hari ke depan, karena beberapa daerah masih menunjukkan trend pertumbuhan yang masih tinggi.
Dari semua kepulauan di Indonesia, kenaikan pasien positif Covid-19 tertinggi terjadi di Pulau Jawa. Berdasarkan data terakhir tanggal 8 Mei 2020, 37,9% pasien Covid-19 di Indonesia berasal dari Jakarta. Kemudian, disusul 32,6% dari provinsi di Jawa selain Jakarta, 7,6% dari Sumatera, 6,6% dari Kalimantan, 7,5% dari Sulawesi, 4,8% dari BaliNusra, dan 3,1% dari MalPapua.
“Secara proporsi, persentase pasien positif di Jakarta bila dibandingkan kepulauan lain dari waktu ke waktu cenderung menurun,” tulis Alvara melalui rilis yang diterima redaksi Minggu (10/5/2020).
Pasien terbesar kedua setelah Jakarta, didominasi oleh Jawa Timur dan Jawa Barat. Kedua provinsi ini menjadi penyumbang terbesar kasus Covid-19 di Pulau Jawa.
“Ada akselerasi kenaikan pasien Covid-19 cukup tajam di Jatim dalam satu minggu terakhir. Sementara di Banten, Jawa Barat, Yogyakarta, dan Jawa Tengah kenaikannya cenderung lebih stabil,” tulisnya.
Namun demikian, ada beberapa provinsi di luar Jawa yang perlu diwaspadai. Di antaranya, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, NTB, Bali, dan Papua.
Alvara mencatat, kenaikan pasien Covid-19 di Pulau Sumatera terlihat landai. Tapi terjadi kenaikan tajam di dua provinsinya, yaitu Sumatera Barat dan Sumatera Selatan. Sedangkan Sumatera Utara dalam 3 hari terakhir juga mulai menunjukkan kenaikan, tapi tidak setinggi dua provinsi tersebut.
Provinsi lainnya yang serupa adalah Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur. Dua provinsi itu memiliki jumlah pasien tertinggi di Pulau Kalimantan. Sementara untuk Kalimantan Tengah, Utara, dan Barat terlihat landai dalam 3 hari terakhir.
“Melandainya kurva menjadi kabar baik, namun beberapa hari ke depan tetap perlu diwaspadai. Karena di Pulau Kalimantan terlihat memiliki slope kenaikan yang sama, meski jumlah pasien positif antar provinsi berbeda-beda,” tulis Alvara.
Provinsi lainnya adalah Sulawesi Selatan dengan sebaran jumlah pasien Covid-19 tertinggi di Pulau Sulawesi, yaitu 72,32%. Sedangkan kondisi provinsi lainnya di Sulawesi, masih terkendali. Meski demikian, penanganan Covid-19 dan kebijakan pembatasan mobilisasi penduduk di Sulawesi Selatan perlu perhatian khusus agar tidak merembes ke wilayah lainnya dan menyebar di Pulau Sulawesi.
Selanjutnya, yang perlu diwaspadai lagi adalah provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Dari kurva, kasus Covid-19 di Nusa Tenggara dalam 2 minggu terakhir ini meningkat tajam. Bahkan jumlahnya lebih besar dibandingkan Bali. Di Bali, masih terjadi penambahan pasien, tapi tidak pernah terjadi lonjakan kurva yang tiba-tiba.
“Terakhir adalah provinsi Papua. Dalam 1 minggu terakhir, terjadi lonjakan pasien Covid-19 di provinsi Papua. Provinsi itu memiliki jumlah pasien Covid-19 tertinggi di wilayah MalPapua,” tulisnya.
Melihat kondisi itu, Alvara mengingatkan pemerintah perlu memperkuat sinergi antara pemerintah pusat dan daerah. Mulai dari manajemen data Covid-19 dan kebijakan penyerta termasuk ekonomi serta jaring pengaman sosial.
Selain itu, pemerintah juga segera memperluas PSBB di provinsi-provinsi dengan tingkat resiko yang tinggi secara konsisten.
“Juga jangan terburu-buru melakukan kebijakan relaksasi PSBB sebelum adanya tanda-tanda penurunan pandemi Covid-19 di Indonesia. Kemudian masyarakat juga tidak boleh kendor dan lengah untuk tetap disiplin menjalankan protokol kesehatan untuk membantu mengurangi penyebaran Covid-19,” pungkasnya. (SSnet/Red)