Booming Tanaman Hias di masa Pandemi, Ada Yang Harganya Puluhan Juta

0
878

Surabaya, SURYANEWS.CO.ID – Pandemi virus korona membuat sebagian orang mulai gemar bercocok tanam termasuk tanaman hias. Ini membuat penjualan tanaman hias kebanjiran order.
Malah, ada tanaman yang tengah naik daun di masa pandemi.

Tak cuma sansivera, aglaonema, philodenron, alocasia, melainkan juga monstera adansonii variegata, yang populer dengan sebutan janda bolong.
Salah satu pemain tanaman hias adalah Wahyu asal Darmo Satelit Surabaya. Ia sudah menggeluti bisnis ini sejak 2016. Tapi, ia hanya menjual sansivera saja alias lidah mertua. Dia membudidayakan jenis tanaman tersebut di areal rumahnya, di lahan seluas 70 m².

Menurut Wahyu, tanaman hias tengah naik daun karena terdorong oleh banyak penggemar tanaman hias yang posting hasil bercocok tanamnya di media sosial. Walhasil, penjualan lidah mertua hasil budidayanya juga ikut terdongkrak.

Apalagi, selama pandemi semakin banyak orang yang bercocok tanam lantaran sebagian besar kegiatan mereka lakukan di rumah. Alhasil, sejak pandemi, Wahyu bisa menjual hingga 100 pot lidah mertua. Sebanyak 40% pesanan datang dari luar kota.

Dia membanderol lidah mertua mulai Rp 100.000 sampai Rp 25 juta per pot. Tapi, ia tidak memerinci bentuk dan jenis lidah mertua yang termahal. “Sebelum pandemi, penjualan sekitar 50 hingga 70 buah per bulan,” katanya.

Salah satu yang membuat Wahyu tetap bertahan membudidayakan sansivera karena tanaman ini bisa sebagai tanaman hias sekaligus berfungsi untuk pengendali polutan.

Pebisnis tanaman hias lainnya, Beni Ariyanto yang asal Gayungan juga menjajakan beragam tanaman hias, mulai anthurium, philodendron, hingga aglaonema. Dengan banderol harga tanaman hias mulai Rp 30.000 hingga jutaan rupiah per pot, dia saban hari bisa menjual rata-rata 5-10 tanaman.

Tren tanaman hias membuat Kiki Razal dari Jakarta terjun ke bisnis ini saat pandemi. Ia mengambil tanaman hias dari pembudidaya di salah satu daerah di Provinsi Jawa Barat.
Hampir semua tanaman hias dijual Kiki, termasuk janda bolong yang sedang populer. Ragam tanaman hias itu dia tawarkan mulai dari Rp 45.000 sampai Rp 75 juta per pot. Hasilnya, Kiki bisa menjual ratusan tanaman hias per bulannya.

Bisnis tanaman hias, menurut F Rahardi, pemerhati agribisnis dan Anggota Dewan Pakar Masyarakat Agribisnis Indonesia, terbagi menjadi dua: skala ritel dan besar. Untuk skala besar usaha tanaman hias, dia bilang, justru mengalami penurunan saat pandemi. Saat ini, yang sedang melonjak bisnisnya adalah skala ritel.

Namun, tren bisnis tanaman hias skala ritel tidak akan berlangsung lama. Ini berbeda dengan saat tren tanaman anthurium. “Jadi, kalau ada yang bilang bisnis tanaman hias sedang bagus, itu dari permukaan saja. Soalnya, pemain gede pada kolaps, terutama bunga dan tanaman khusus untuk elemen taman karena pembangunan properti terhenti,” kata Rahardi.

Nah, dengan booming tanaman hias saat ini, dia melihat, ada potensi monkey business. Sebut saja, tanaman hias jenis monstera adansonii variegata atau populer dengan sebutan janda bolong, yang harganya bisa puluhan juta hingga ratusan juta rupiah. “Jadi, popularitas janda bolong itu termasuk monkey business, digoreng,” ungkapnya. Berbeda dengan tanaman palem yang tinggi atau bunga kamboja yang sudah tua yang bentuknya indah, wajar jika dihargai mahal hingga puluhan juta rupiah (Kontan/Red)