Curhat Sopir Bus, ”Saya Orang Solo, Pak Jokowi Orang Solo. Saya Juga PDIP tulen, Tapi Mau Makan Saja Susah Pak…”

0
566

Bogor, Suryanews.co.id – Djumandi (50) sopir bus antar provinsi hanya bisa merenung di sebuah agen Bus di wilayah Jalan Raya Bogor, Kelurahan Tugu, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok.

Ia merenung karena Ramadan ini seharusnya panen penumpang yang hendak pulang kampung atau mudik lebaran, tapi malah sebaliknya. Musim lebaran tahun ini menjadi momen pahit baginya dan karyawan agen Bus di Depok. Djumandi melarat karena kebijakan larangan mudik.

Bahkan selama satu bulan tidak ada penumpang karena dampak dari wabah corona dan imbauan dilarang mudik lebaran oleh Pemerintah.

“Kita jadi susah, seharusnya Ramadan ini kita panen. Tapi terbalik, mau pulang juga gak bisa, di sini kami kelaparan, ” kata Djumadi dikutip dar laman Suara. com, Senin (4/5/2020).

Ia mengatakan semua sopir di agen Bus sudah tidak ada yang bekerja karena tidak ada penumpang.

Meski pun ada, ketika di Jalan kata dia nanti akan disuruh putar balik di chek poin oleh petugas.

“Kan sudah dilarang gak boleh masuk tol dan wilayah lain. Travel mobil kami pun dibalik kanankan. Terus kesejahteraan kita bagaimana? Sama sekali kami belum tersentuh bantuan pemerintah, “

“Tiap hari harus makan. Satu dua hari saya pernah kelaparan saat PSBB. Karena tidak dapat pemasukan sama sekali, ” tutur Djumadi mengeluh.

Melihat kondisi seperti ini, ia lebih baik dipulangkan ke tempat asal yaitu Solo, Jawa Tengah oleh Pemerintah. Ia meminta kepada pemerintah untuk diperhatikan, meski ia hanya pendatang.

“Saya minta diperhatikan, meski kita pendatang. Saya bukan asli penduduk sini, tapi penghasilan saya dari sini,

“Kami butuh perhartian pemerintah. Apa apa dilarang. Saya orang Solo. Pak Jokowi orang Solo. Saya orang PDIP tulen. Butuh perhatian pak, mau makan saja susah pak, ” ucap Djumadi sambil mengelus dada.

“Kita punya keluarga. Pemasukan nggak ada jadi bingung juga nyari buat nafkah sekarang. Tapi kami tetap usahakan mencari nafkah untuk keluarga,” kata pungkasnya. (Suara/Red)