.
Lamongan, Suryanews.co.id | Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) saat ini menjadi tren dambaan masyarakat. Ragam ‘e-commerce’ Indonesia seperti Blibli, Lazada, tokopedia, bukalapak dan sejenisnya berkompetisi memberikan diskon yang cukup fantastis. Membuat para penggila ‘shopping’ berasa dimanjakan. Mereka dapat menemukan berbagai macam barang yang dibutuhkan dengan harga miring.
Semisal tahun lalu, seseorang sebut sang MC (Master of Ceremony*red) acara ‘dangdutan’ berhasil mendapatkan satu jas blazer. Awalnya di banderol Rp.300 ribuan dilepas dengan harga Rp.113 ribu di momen Harbolnas 2019.
Tentu ini menjadi momen langka bagi seseorang yang ingin mendapatkan barang impiannya. Dinilai mahal dan sulit didapat sebelumnya, bisa segera didapat karena Harbolnas.
Saat ini pertumbuhan ‘e-commerce’ di Indonesia diakui berada di-‘level’ berkembang dan dinilai mampu memajukan geliat belanja ditopang momen musiman Harbolnas. Baik itu 10.10 pada Oktober, 11.11 pada November maupun jelang 12.12 pada Desember Mendatang. Tentu ini menjadi sangat ideal untuk menghindari kontak fisik antara penjual dengan pembeli di masa pandemi covid-19.
Lalu, bagaimana dengan pasar konvensional?
“Harbolnas masih langka bagi kami pedagang plastik di pasar Babat Lamongan ini dan belum menerapkan jual secara online,” ujar Santoso saat dikonfirmasi di kiosnya (09/11/2020) pagi.
Ia menambahkan, adanya belanja online hanya menggunakan jasa kurir.
“Itupun pembeli yang secara online langsung menyewa jasa kurir,” tambah Santoso.
Santoso berharap Harbolnas 12.12 pada Desember mendatang mampu menggiatkan pasar konvensional untuk mengembangkan mal ‘online’ agar bisa bersaing, memudahkan dam membangun keterikatan penjual dan pembeli tanpa kontak fisik.
“Apalagi saat pandemi, kami berharap momen Harbolnas ini membantu pedagang dan pembeli secara ‘apik’, nyaman dan cepat sistem jual-belinya,” tutupnya. (Tung/*)