Masa Lalu Dom Ada di “Fast & Furious 9”

0
367

Jakarta, SURYANEWS.CO.ID – Ingin mengetahui lebih dalam soal masa lalu Dominic Toretto (Vin Diesel), jawabannya ada di film “Fast & Furious 9” atau “F9”. Film ini dimulai dengan kilas balik ketika seorang pembalap tewas dalam kecelakaan ketika sedang berkompetisi. Kecelakaan itu disaksikan oleh dua putranya yang masih muda, Dom dan Jakob. Mereka yang kemudian hidup terpisah memiliki hubungan yang jauh dari hangat, apalagi ketika Dom mencurigai adiknya punya andil dalam kecelakaan orang tuanya.

Kembali ke masa kini, Dom Toretto (Vin Diesel) yang sudah menjalani berbagai petualangan dan situasi berbahaya kini memilih hidup tenang di tempat terpencil bersama Letty (Michelle Rodriguez) dan putranya, Brian. Rumah mereka jauh dari hiruk pikuk kota dan mereka sama sekali tidak mengharapkan kedatangan tamu tak diundang.

Tapi tanpa disangka-sangka Ramsey, Roman (Tyrese Gibson) dan Tej (Chris Bridges) datang untuk membawa misi baru untuk Dom dan Letty. Awalnya Dom ragu karena dia ingin tetap hidup tanpa bahaya demi buah hati. Tapi pada akhirnya dia kembali terlibat dalam bahaya demi dan harus menghadapi adiknya, Jakob (John Cena) yang bekerja sama dengan konglomerat Otto (Thue Ersted Rasmussen) yang mengincar benda penting untuk menguasai dunia.

Mereka beradu kekuatan, kemahiran mengemudi, juga adu strategi dalam memperebutkan benda yang sudah memakan banyak korban selama proses mendapatkannya. Adegan-adegan kilas balik tentang apa yang terjadi kepada Dom dan Jakob remaja memberikan penjelasan kepada penonton soal alasan di balik hubungan abang dan adik yang tidak akur.
F9 (ANTARA/HO)

“Fast & Furious 9” atau “F9” memanjakan penonton yang suka melihat aksi kebut-kebutan. Kejar-kejaran antara motor, mobil, truk, tank hingga pesawat disuguhkan di sini. Latar belakangnya juga bermacam-macam, bahkan lumayan banyak sampai rasanya pergantian tempat terlalu cepat. Dari perkebunan ke tanah penuh ranjau darat, hingga jalan-jalan perkotaan. Mereka bertualang ke London, Tbilisi hingga Tokyo.

Kejar-kejaran ini semakin seru dengan hadirnya teknologi magnet super yang bisa melemparkan rintangan-rintangan di sepanjang jalan untuk lawan, bagai mengayun tongkat sihir tak kasat mata untuk menyerbu musuh.

Adegan-adegan seru dalam film ini memang bertujuan semata-mata untuk menghibur, sehingga tak perlu ambil pusing ketika banyak hal di luar logika. Seperti penampilan para karakter yang tetap bersih dan rapi jali meski mereka sudah melewati banyak kejadian yang mengancam nyawa, melewati ranjau-ranjau yang meledak, menaiki mobil yang berayun melewati tebing mengandalkan tali. Atau ketika semuanya sehat walafiat nyaris tanpa luka ketika berhadapan dengan segerombol orang bersenjata tanpa pelindung mumpuni. Apa yang ada di pikiran penonton soal logika dan hal-hal tak masuk akal seakan diwakilkan oleh Roman yang mendapat porsi dialog-dialog mengundang senyum.

Film ini juga menampilkan Sung Kang sebagai Han yang merupakan salah satu karakter favorit penggemar “Fast & Furious”, Helen Mirren yang tampil sebentar tapi lumayan mencuri perhatian, Kurt Russell dan Charlize Theron yang sayangnya kurang berkesan sebagai musuh lama Dom, Cipher.
(from left) Elle (Anna Sawai), Letty (Michelle Rodriguez) and Mia (Jordana Brewster) in F9, co-written and directed by Justin Lin. (ANTARA/HO)

Di luar mobil-mobil keren dan kejar-kejaran yang asyik, “F9” sebetulnya bercerita tentang keluarga. Apakah yang akan terjadi pada Dom dan Jakob?

Sutradara Justin Lin mengatakan, yang dia sukai dari film-film “Fast” adalah kisahnya selalu baru.

“Itu bagus, tapi saya pikir ada kesempatan untuk membuat film yang menyatukan delapan film sebelumnya dalam cara yang bisa menjawab pertanyaan besar di benak penggemar ‘Fans’ selama bertahun-tahun ini, pertanyaan yang belum terjawab… sampai sekarang,” kata Justin, dikutip dari catatan produksi.

Artinya, dia harus menguak masa lalu dari karakter-karakter favorit “Fans” yang belum banyak dieksplorasi, juga mengembangkan tema tentang hubungan orangtua dan anak, hubungan antar saudara juga pengkhianatan. Menurut Justin Lin, emosi yang disajikan dalam film ini harus jadi benang merah dengan film-film sebelumnya.

“Secara tema, saya merasa kita perlu membuat film di mana karakter harus menghadapi masa lalu mereka agar mereka punya harapan di masa depan.”