Masyarakat Bojonegoro Kecewa pada PKB dan PDIP, Pilkada Calon Tunggal Lawan Kotak Kosong!

0
82
Edy

SuryaNewsBojonegor-Forum Kedaulatan Masyarakat Bojonegoro (FKMB) menyatakan sangat kecewa terhadap keputusan partai yang menyebabkan Pilkada Bojonegoro diikuti calon tunggal lawan kotak kosong. Kekecewaan itu disampaikan terutama untuk PKB dan PDIP yang bisa mencalonkan kandidat sendiri tapi tidak berani.

“Terus terang kami kecewa terhadap PKB dan PDIP yang kami harap bisa menjaga ritme demokrasi di Bojonegoro. Tapi mereka gak berani justru mendukung calon yang sudah disodorkan KIM Plus, ” kata Ketua FKMB Edy Susilo SSos kepada media Kamis (29/8).

Menurut Edy, sepanjang beberapa hari belakangan ini masyarakat berharap bakal ada kandidat lain dalam pilkada Bojonegoro. Harapan itu pupus ketika kemarin diketahui PKB dan PDIP telah memberikan rekomendasi pada Setyo Wahono dan Nurul Azizah sebagai calon tunggal Bupati dan Wakil Walikota Bojonegoro 2024-2029. “Obrolan di wag maupun warung-warung kopi, banyak masyarakat menyatakan kecewa dengan calon tunggal ini,” ujarnya.

Lebih lanjut Edy menyayangkan PKB sebagai partai pemenang legislatif di Bojonegoro dengan 13 kursi dari 50 kursi, dan berpotensi memenangkan kembali pilkada bupati, namun entah mengapa tidak berani. Beda dengan PDIP yang hanya memperoleh 6 kursi, awalnya berharap bisa bergandengan dengan PKB sebelum ada putusan MK 60 dan 70.

“Kita khawatir dengan calon tunggal ini, partisipasi masyarakat rendah. Karena mereka tidak lagi memiliki pilihan. Tidak ada persaingan dan kontestasi.” terangnya.

Calon tunggal Bupati Bojonegoro 2024-2029 Setyo Wahono dan Nurul Azizah sudah melakukan pendaftaran ke KPU Rabu 28 Agustus kemarin. Pasangan ini membawa 13 rekomendasi partai politik yang secara mutlak mengusungnya.

Sedianya Pilkada Bojonegoro tetap akan kompetitif ketika muncul pasangan kandidat dari jalur independen yakni Nurul Azizah dan Gus Nafiq Attanwir. Dukungan KTP sebagai syarat pencalonan sudah dinyatakan memenuhi dan disahkan. Namun di tengah perjalanan, Gus Nafiq ditinggalkan Nurul Azizah yang akhirnya hanya maju sebagai calon wakil bupati. Hal ini membuat kecewa kelompok masyarakat yang awalnya mendukung Nurul Azizah sebagai calon bupati, bukan wakil.

Lebih lanjut Edy menekankan, kalau tanpa kandidat lain maka tidak ada kontestasi karena tidak ada persaingan di sini. Masyarakat juga tidak memiliki pilihan calon bupati. “Sekarang hanya dua pilihan, yang mendukung calon tunggal ya silahkan, yang tidak jangan sampai golput, tapi pilih dan menangkan kotak kosong. Hanya itu cara untuk melawan hegemoni kekuasaan dan kekuatan politik yang absolut,” pungkas Edy. ***