SuryaNewsBojonrgoro-Ketua Forum Kedaulatan Masyarakat Bojonegoro (FKMB) Edy Susilo menerima keluhan kekecewaan dari banyak anggotanya dan Masyarakat .terkait sosok Nurul Azizah yang didukung jadi Calon Bupati, namun hanya memilih menjadi calon wakil bupati bersama Setyo Wahono alias bakal jadi nomor 2. Beberapa waktu belakangan, Ketua FKMB menjaring kembali aspirasi anggotanya dan bagaimana sikap yang akan diambil terkait posisi Nurul Azizah yang hanya jadi calon wakil.
“Teman-teman di bawah mengaku kecewa. Saya secara personal juga kecewa. Karena semua mengharapkan Bu Nurul jadi bupati bukan cuma wakil. Syarat untuk maju sudah punya, tinggal konsolidasi dan koordinasi saja,” kata Edy kepada media Selasa (13/8).
Menurut Edy, gerakan independen dengan lolosnya dukungan KTP sebagai syarat seharusnya sudah cukup membulatkan tekad bagi Nurul untuk mencalon bupati. Rangkaian kekecewaan di lapangan akan diakumulasi untuk menentukan sikap. “Kita juga kurang familiar dengan cabup-nya Bu Nurul. Kita akan tunggu sampai last minute, baru menentukan sikap.” ujarnya.
Sedianya Nurul Azizah, Sekda Bojonegoro saat ini, mau calon bupati jalur independen, berpasangan dengan Gus Nafiq Sahal, pengelola Pesantren Attanwir. Dukungan KTP sebagai syarat sudah lolos verifikasi faktual KPU, tapi tidak jelas masalahnya, tiba-tiba Nurul Azizah menjadi sosok calon wakil bupati bersama Setyo Wahono, yang didukung hampir semua partai, tertinggal PDIP dan PKB.
“Harapan besar masyarakat Bojonegoro sebenarnya ada pada sosok Nurul, tapi dengan hanya menjadi wakil, apa yang bisa dibuat oleh wakil. Semua kebijakan yang menentukan bupati.” jelas Edy.
Mahasiswa Magister Hukum Unitomo Surabaya itu menjelaskan, FKMB akan menentukan sikap pada last minute, setelah pendaftaran calon ditutup KPU pada tanggal 29 Agustus pukul 00. Apakah bakal ada pasangan calon lain yang mendaftar, atau bakal calon tunggal melawan kotak kosong.
“Kita akan menentukan sikap nanti setelah penutupan pendaftaran, apakah ada kandidat lain, atau calon tunggal. Kita berharap demokrasi tetap bergerak dan hidup di Bojonegoro. Jangan sampai kotak kosong lah,” urainya.
Lebih lanjut Edy menekankan masyarakat berhak memilih dan menentukan bupati Bojonegoro, kalau akhirnya dengan kotak kosong, maka itu bukan pilihan tapi pemaksaan. “Apakah kemudian masyarakat mau menerima atau tidak itu kembali kepada mereka. FKMB nanti juga pasti menentukan sikap dan melakukan pergerakan. Kita pantau saja dulu saat ini.” tambahnya. ***