Muhammadiyah Lamongan: Dari Pengajian Ke Sepak Bola

0
481

Oleh: Irvan Shaifullah

Kurang lebih sudah sembilan belas titik yang disambangi tim penulisan sejarah Muhammadiyah Lamongan. Kami bertemu sekaligus bercengkrama dengan tokoh-tokoh awal yang masih hidup dan juga generasi kedua maupun ketiga Muhammadiyah di Lamongan. Kami berkeliling dari Pantura sampai area selatan, dari masyarakat yang bertumpu pada hasil laut sampai pada warga pelosok desa yang sehari hari bertani. Tidak ada kata yang bisa mewakili perjalanan menelusuri sejarah Muhammadiyah Lamongan kecuali takjub. Saya sebagai salah seorang yang turut serta melakukan “ekspedisi” ini, punya kesempatan melihat orang-orang Muhammadiyah dari dekat.

Sedikit cerita, sejak awal tim penulisan sejarah dibentuk, semangat awal yang ingin digagas oleh bapak bapak PDM adalah bagaimana besok generasi muda Muhammadiyah mengerti dan nyambung dengan perjuangan generasi awal awal Muhammadiyah, juga generasi yang merawat serta mengembangkan Muhammadiyah. Pendekatan yang dianggap mampu menghubungkan semangat dan riwayat dakwah itu kepada generasi selanjutnya adalah dengan tulisan.

Dari tulisan dan bukti sejarah itulah nanti akan dikreasikan dalam bentuk apa saja. Konten digital, Youtubepodcast atau yang lainnya. Itulah cara bapak-bapak PDM Lamongan mendekatkan perjuangan sejarah Muhammadiyah kepada anak muda. Drs. Sucipto selaku ketua Majelis Pustaka menjadi pemimpin tim dengan pendamping dari PDM Bapak H. Ghufron dan Dr. Mustaqim ahli sejarah serta 10 orang anggota lintas profesi dan majelis.

Sebelumnya pada tahun 2006 yang lalu, Bapak Fathurahim Syuhadi juga sudah banyak menjelaskan melalui bukunya yang berisi beberapa potongan sejarah Muhammadiyah Lamongan, tapi agaknya perlu diperbarui dan menemukan bukti-bukti baru serta menyesuaikan pembacanya yang baru.

Saya beruntung sekali, menjadi bagian dari tim ini. Ikut berkeliling sekaligus menyaksikan dan mendengarkan langsung kisah hebat dari pelaku sejarah Muhammadiyah di Lamongan.

Pengajian, Rumah ke Rumah, Sepakbola dan Seni

Berdasarkan sembilan belas titik yang sudah kami kunjungi, saya berkesimpulan ada tiga pola perkembangan Muhammadiyah di Lamongan. Pertama, berkembang dari pengajian satu ke pengajian lain. Kedua, berkembang dari satu rumah ke satu rumah lain. Dan ketiga, melalui sepakbola dan seni.

Tiga hal penting ini menurut saya merupakan pola perkembangan Muhammadiyah di Lamongan. Menarik lagi bahwa interaksi antar aktifis Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama sejak masa-masa itu sudah erat. Mereka saling belajar, dan akhirnya saling “hijrah” atau pindah antar organisasi. Perihal semacam itu tidak bisa kita pungkiri karena dua organisasi ini sangat kental dan saling berhubungan satu sama lain.

Perkembangan dan pertumbuhan Muhammadiyah di Lamongan juga tidak dapat dipisahkan dari Masyumi, Darul Hadits/LDII dan juga Thariqot Nashabandiyah. Saya tidak akan mengulasnya di sini.

Berbagai kisah dan cerita yang saya rangkum, sebagaimana telah saya utarakan sebelumnya, perkembangan Muhammadiyah erat kaitannya dengan pengajian. Hal ini dapat dibuktikan melalui Ranting dan Cabang Muhammadiyah di Lamongan. Hampir setiap Ranting dan Cabang memiliki figur atau tokoh pengajian yang unik. Mereka berasal dari beragam latar belakang dan ideologi. Singkatnya menurut saya perkembangan awal atau tunas awal Muhammadiyah ada di Sedayulawas, kemudian ke Blimbing, Pangkatrejo, Glagah, Lamongan, Sambeng dan Babat.

Perkembangan Muhammadiyah di Lamongan punya kaitan dengan Pimpinan Daerah Muhammadiyah yang ada di Jombang dan Bojonegoro. Menurut hemat saya penetrasi Muhammadiyah sebagai ideologi keagamaan masuk ke Lamongan sekitar dekade 1930an dan terus menerus berkembang hingga 1950an. Meskipun pada tahun 1918 sudah ada Cabang Muhammadiyah di Ngimbang, Lamongan yang sudah berdiri enam tahun setelah berdirinya Muhammadiyah di Kauman pada 1912 oleh KH. Ahmad Dahlan.

Berikutnya sekitar dekade 1950an, Masyumi punya peran tertentu pada perkembangan Muhammadiyah di Lamongan. Walaupun pola utama perkembangan masih terikat dengan penyelenggaraan pengajian dan aktifitas dari rumah ke rumah. Tidak lupa juga bahwa perkembangan pada dekade berikutnya yakni 1960an banyak berhubungan dengan perkumpulan sepakbola dan seni yang bertujuan untuk menyemarakkan dakwah pemuda Muhammadiyah di Lamongan.

Perkembangan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) di Lamongan dimulai aktifitas dari rumah ke rumah. Misalnya, penyelenggaraan salat Jum’at dari rumah sebelum mendirikan langgar atau masjid. Begitu pula dengan pendirian sekolah TK, Madrasah Ibtidaiyah (MI), SMP, SMK dan SMA, semuanya dirintis awalnya dari rumah ke rumah. Sebagai contoh, MI Muhammadiyah di Sekaran yang berdiri pada tahun 1967. Sekolah itu perintisan awalnya dari rumah. Begitu pun TK ABA Sekaran yang berkembang pesat hingga kini. Di Ngimbang juga demikian, SMK Muhammadiyahnya dulu pernah menyewa sekolah negeri, menyewa gedung balai desa, sampai akhirnya terusir. Sekarang SMK Muhammadiyah Ngimbang sudah berkembang baik di selatan Lamongan.

Hikmah Sejarah

Latar seluruh perjalanan sejarah Cabang dan Ranting Muhammadiyah di Lamongan menekankan pentingnya kaderisasi. Jika ada pertanyaan tentang apakah yang kita butuhkan hari ini untuk memperkuat Muhammadiyah jawabannya jelas adalah kaderisasi. Walaupun sekarang di Lamonga ada beberapa Cabang dan Ranting yang berhasil menghimpun kader dan mengajak anak anak muda berjuang bersama. Tapi itu tidak banyak dan belum cukup. Pekerjaan rumah bagi Muhammadiyah Lamongan masih banyak. Belajar dari sejarah perkembangan Muhammadiyah di Lamongan, kamis kami berkesimpulan, kesadaran untuk membina kader sangatlah penting demi kemaslahatan umat dimasa depan.

Banyak tokoh-tokoh besar lahir dan dibesarkan di Muhammadiyah. Mereka menjadi “tokoh” sebab pengorbanan yang sangat besar dan tanpa pamrih bagi kemajuan dakwah Muhammadiyah. Bukan saja harta benda, tapi tenaga dan jiwa juga turut mereka persembahkan bagi umat dan bangsa. Dalam peristilahan yang dikenal akrab bagi aktifis Muhammadiyah, mereka disebut telah “mewakafkan diri” untuk memajukan Islam melalui strategi dakwah Muhammadiyah. Mereka telah berjuang merintis AUM. Mereka tidak kenal lelah berjuang bagi tujuan dakwah persyarikatan walau mungkin periuk nasinya belum tentu mengepul. Nekad dan berani sekali. Mereka adalah teladan contoh manusia yang merdeka.

*Penulis adalah aktifis Muda Muhammadiyah Lamongan
Sumber : Muhammadiyah.or.id