SuryaNews Bojonegoro -Pilkada Bojonegoro terancam bakal dilaksanakan dengan calon tunggal melawan kotak kosong. Pasangan Wahono-Nurul, yang merupakan adik Mensekneg, telah memborong hampir semua partai. Sang kandidat juga mengaku telah mengajukan diri di PKB dan PDIP. Jika PKB juga akhirnya mendukung bergabung dengan gerakan partai Gerindra, maka praktis pilkada calon tunggal.
“Hanya PKB yang bisa menyelamatkan demokrasi di Bojonegoro. Sebagai partai pemenang di Bojonegoro, naif kalau tidak mendukung kader sendiri. Cak Imin dan PKB juga sudah dihantam berbagai goncangan sepanjang tahun politik 2024 ini, dan tetap berdiri kokoh. Masak tidak mau menjaga marwah partainya sendiri, untuk peluang menang di pemilu 2029,” kata Cak Ta’in Komari SS kepada media Senin (5/8).
Menurut Cak Ta’in, Cak Imin yang sudah digoyang kanan-kiri bahkan ketika memutuskan mencalonkan diri sebagai cawapres 2024-2029 mendampingi Anies Baswedan, telah menunjukkan sikap yang tegar dan berani. Dia juga mampu membuat PKB tambah kokoh dengan mendulang tambahan kursi DPR RI. Apalagi Jawa Timur, khususnya wilayah pesisir utara dan tengah merupakan basis yang perlu dijaga. “Cak Imin dan PKB tentu tidak mau kehilangan kepercayaan masyarakat di daerah basisnya,” ujarnya.
Lebih lanjut, mantan jurnalis, mantan dosen dan mantan staf ahli pimpinan DPRD Kota Batam itu menekankan, Cak Imin sangat berkompeten membawa PKB sebagai partai mandiri dan independen, terutama dalam menentukan arah dukungan dalam pilkada serentak 2024. PKB tidak akan rugi kalau harus berada di luar koalisi pemerintahan, kalau itu akan meningkatkan elektabilitas partai pada pemilu 2029.
“Kalau pilpres kemarin Cak Imin berani menolak iming-iming mahar besar, agar tidak mencalon, dan potensi membatalkan pencalonan Anies Baswedan, setelah ditinggal Demokrat, masa pilkada yang mungkin mahar kecil-kecil mengalahkan keteguhan hatinya. Saya pikir Cak Imin sudah kebal lah untuk itu.” jelasnya.
Tidak ada tekanan yang lebih hebat terhadap Cak Imin, lanjut Cak Ta’in, kecuali menjelang pilpres yang sempat dipanggil-panggil KPK. Apakah pilkada bakal menggunakan cara-cara yang sama? Pilkada calon tunggal itu sama saja membunuh demokrasi. Harus ada partai yang berani tampil sebagai penyelemat. Itu hanya potensi dilakukan PKB dan PDIP.
Pada pilkada Bojonegoro, mantan Bupati Bojonegoro 2018-2023, Anna Mu’awanah, menjadi representasi dari sebuah perjuangan yang mampu mendokrang perolehan kursi PKB baik di DPRD Kabupaten maupun DPR RI. “Saya pikir Anna Mu’awanah juga tidak perlu takut terhadap tekanan apapun, jika kaitannya dengan pemerintahan. Bupati dan Sekda itu satu paket, satu pengguna anggaran dan satunya kuasa pengguna anggaran. Kalau satu bermasalah yang lain juga bermasalah.” tegasnya.
Cak Ta’in menegaskan, bahwa mendorong Anna Mu’awanah dan PKB tetap maju pada pilkada Bojonegoro bukan berarti mendukung figur tersebut, tapi demi tegaknya demokrasi. “Tanpa demokrasi, negara bakal menjadi kekuasaan absolut, menjadi sistem monarki seperti kerajaan. Biarkan masyarakat memilih pemimpinnya, bukan tanpa pilihan.” pungkasnya. ***