Sebuah Inspirasi Yang Manfaatkan Keadaan Sulit untuk Bangkit

0
532

Kediri,  SURYANEWS.CO.ID – Pandemi merubah banyak hal. Tapi untuk yang tak mau berpangku tangan, terus mencoba walau berkali-kali gagal sekalipun tak jadi halangan bagi mereka, memanfaatkan keadaan sulit untuk bangkit.

Ari, begitu ia akrab disapa, tinggal di Kampung Inggris Pare Kediri. Kisah bangkitnya berawal ketika Kampung Inggris, tempatnya tinggal sekaligus mencari nafkah ditetapkan sebagai zona merah, karena ada salah satu pemilik kursus bahasa inggris yang meninggal karena Covid-19. Kasus kematian ini merupakan yang pertama terjadi di Kediri waktu itu.

Akibatnya tak main-main. Seluruh peserta kursus yang ada di Kampung Inggris dipulangkan ke daerah masing-masing.

“Dampaknya waktu itu saya punya usaha warung di depan rumah. Setelah ada covid zona merah, semua siswa di Kampung Inggris disuruh pulang, wajib pulang ke daerah masing-masing,” kenang wanita 31 tahun ini.

Warung miliknya yang menjual makanan sehari-hari di depan rumah terkena imbas. Dari yang biasanya sehari bisa mendapat 30 pesanan melalui ojek online, menjadi hanya satu dua pesanan.

“Kalau tiap hari terus-terusan seperti itu pasti warung-warung banyak yang tutup. Mau gak mau saya terus cari jalan lain gimana saya tetep bisa jualan dan dapat uang,” kata Ari.

Saat itu warung miliknya masih berusaha berjalan meski napasnya tersengal. Dari yang dulunya memperkerjakan 4 karyawan menjadi seorang saja saat lebaran.

Ari dan suami kemudian memutar otak memanfaatkan momentum lebaran dengan mengadu peruntungan menjual kue lebaran. Kebetulan waktu itu ada oven listrik yang tidak terpakai di rumahnya. Namun sayangnya usaha ini kandas karena banyak yang bermain.

Titik terang mulai terlihat saat Ari tidak sengaja melihat video cara membuat pia warna-warni yang unik dan cantik.

“Ide awal Piapie saat pingin bikin varian pia yang beda dengan yang selama ini beredar. Varian isinya dikasih red velvet. Setelah browsing nemu resep pia berlapis-lapis yang mirip pastry,” ujar wanita berkerudung ini.

Jatuh bangun dilakoninya berkali-kali. Mulai dari rasa yang tidak konsisten hingga bentuk akhir yang tidak sama tiap kali dibuat.

“Saya hampir tiap hari bikin. Gagal terus bikin lagi entah ini kenapa kok bisa gagal padahal resep bisa sama, kemudian gagal juga. Ada sekitar 1-2 bulan, udah hampir putus asa, udah pingin nyerah. Mau cari usaha yang lain aja,” tuturnya.

Frustasi jadi teman Ari sehari-hari saat berproses. Karena menurutnya pembuatan pia pastry ini termasuk sulit dibanding membuat varian pia lainnya. Sempat terbersit keinginan untuk membuat pia yang lebih simple, namun keinginan itu ditepisnya mengingat peluang pia pastry yang terbuka lebar di pasaran.

“Walaupun proses pembuatannya sulit, produknya masih belum banyak di pasaran. Peluang usahanya besar, terlebih modalnya gak banyak juga kalau mau bikin. Karena waktu itu modal terbatas, dan mau bikin kue-kue lain untuk modalnya kita gak ada. Jadi mau gak mau ini harus dicoba lagi,” katanya.

Berkat kegigihan tersebut, Ari berani untuk memasarkan produknya dan Piapie mulai menemukan konsumennya.

Ari mengenang pelanggan awal Piapie adalah para konsumen yang melihat pemasaran produknya di Facebook.

“Pelanggan awal waktu itu pemasaran di Facebook. Mungkin orang-orang tertarik sama penampilannya, sehingga mereka order. Cuma saat itu produknya masih belum berhasil 100 persen, isinya masih kadang keras, penampilan masih belum secantik sekarang. Lumayan banyak yang order,” ucapnya.

Selain di Facebook, produknya bisa ditemui melalui akun Instagram @piapiekediri.

Tapi pada akhirnya Ari memutuskan untuk berhenti membuat karena tidak kunjung menemukan formulasi yang pas untuk Piapie. “Pada akhirnya saya berhenti karena kok saya bikin lagi kok malah semakin jelek jadi saya harus cari kesalahannya ada di mana.”

Hingga sekarang Ari hanya melayani pemesanan Piapie melalui sistem PO (Pre Order) satu hari sebelumnya yang dijalankan oleh para reseller. Produknya telah mendapat pesanan dari luar Kediri, di antaranya Blitar, Malang, Madura, Mojokerto, Sidoarjo, Surabaya dan Pasuruan.

Meskipun berada dalam keadaan sulit, Ari dan sang suami tak pernah merasa terhimpit, karena justru himpitan itu lah yang membuat mereka bangkit. Prinsip memanfaatkan keterbatasan yang dijalaninya membuatnya berada di titik ini.

“Karena kita terbatas dalam masalah dana jadi kita mikir apa yang bisa kita lakukan supaya dapur tetap mengebul. Kalau kita pesimis nanti kita kalah. Intinya kita gak boleh kalah sama keadaan, gak boleh kalah sama pandemi ini, justru kita harus bisa memanfaatkan keadaan yang sulit ini untuk bangkit,” katanya. (SSnet/Red)