Sering Jadi Jujugan Migrasi Burung Australia, Ujungpangkah Ditetapkan Sebagai KEE

0
389

Gresik, SURYANEWS.CO.ID – Pemerintah melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menetapkan Kawasan Mengrove Ujungpangkah, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, sebagai Kawasan Ekosistem Esensial (KEE), karena memiliki potensi alam berupa tempat migrasi puluhan jenis burung laut dari Australia.

Bupati Gresik, Fandi Akhmad Yani di Gresik, Jumat, berterima kasih atas penobatan wilayahnya sebagai KEE dan berharap mampu mendorong perekonomian warga setempat.

“Semoga dengan penobatan ini bisa menjadikan masyarakat Ujungpangkah dan sekitarnya sejahtera. Kami akan siap menjaga kelestarian lingkungan wilayah mangrove Ujungpangkah agar tetap lestari,” kata Gus Yani, panggilan akrab Fandi Akhmad Yani.

Direktur Bina Pengelolaan Ekosistem Esensial (BPEE) dari KLHK Asep Sugiharta mengatakan dengan ditetapkannya Ujungpangkah menjadi KEE, kawasan itu akan dikenalkan ke tingkat nasional bahkan internasional.

“KEE mangrove Ujungpangkah adalah KEE pertama yang ada di luar hutan konservasi. KEE Mangrove ini akan diakui dunia tentunya akan menjadi kebanggaan masyarakat Gresik, Jawa Timur, dan Indonesia. Saya berharap agar masyarakat sekitar akan lebih cinta dan peduli lingkungan,” katanya.

Menurutnya, KEE Mangrove Ujungpangkah ditetapkan sebagai situs lahan basah yang dirancang untuk kepentingan internasional di bawah Konvensi Ramsar.

Konvensi Lahan Basah yang dikenal sebagai Konvensi Ramsar, adalah perjanjian lingkungan antar pemerintah oleh UNESCO pada 1971, dan mulai berlaku pada tahun 1975.

Konvensi ini memberikan aksi nasional dan kerja sama internasional mengenai konservasi lahan basah dan pemanfaatan berkelanjutan sumber dayanya.

Ramsar mengidentifikasi lahan basah yang penting secara internasional, terutama yang menyediakan habitat unggas air.

“Keistimewaan Ujungpangkah yaitu menjadi kepentingan internasional karena pada setiap bulan Juni dan Juli menjadi area migrasi dan menjadi habitat Burung Pelikan asal Australia,” tuturnya.

Kawasan itu memiliki luas 1.554,27 hektare, membentang di pesisir laut dan muara dan berada di tiga desa yakni Desa Pangkahwetan, Desa Pangkahkulon, dan Desa Banyuurip.

Berdasarkan catatan, ada sekitar 72 jenis burung laut yang memenuhi lokasi tersebut dan sebanyak 50 jenis di antaranya adalah burung yang melakukan migrasi dari Benua Australia. (*)