SuryaNews Jakarta -Anna Mu’awanah, Bupati Bojonegoro 2018-2023, masih menjadi calon terkuat untuk pilkada 2024-2029. Sehingga siapapun yang diambil sebagai calon wakil mendampinginya, bakal diuntungkan pada pilkada 2029 sebagai in-cumbent. Figur yang diproyeksi antara Ahmad Mukhtarul Huda (Kang Huda) atau Teguh Haryono (Mas Teguh) yang saat ini sedang menjalankan ibadah UMROH ke tanah suci Mekkah.
“Wakil yang manut sama Anna, tentu akan dikader sebagai penerusnya. Untuk periode 2024-2029, pasangan ini dapat memaksimalkan program sebelumnya yang belum tuntas. Selain tentu dengan program baru yang lebih berkualitas, ” kata pengamat politik sosial dan kemasyarakatan, Cak Ta’in Komari SS kepada media Jum’at (2/8).
Menurut Cak Ta’in, siapapun yang menjadi calon wakil Anna, dan memahami karakter dan bisa mengikuti kemauannya, tentu akan dipersiapkan menjadi penerusnya di periode 2029-2034. Sosok wakil juga bisa memanfaatkan posisinya melakukan safari kerja ke seluruh pelosok Bojonegoro. Dengan demikian, dia bukan hanya lebih dikenal tapi bisa langsung berkomunikasi dengan masyarakat sekaligus menyerap aspirasi.
“Melawan pasangan Wahono-Nurul yang didukung oleh mayoritas partai, kecuali PKB dan PDIP, menang tidak mudah buat Anna. Dia butuh pasangan yang mampu meningkatkan elektabilitas, mesti tetap perlu strategi khusus untuk menang.” jelasnya.
Cak Ta’in juga melihat, dukungan partai itu bukan mutlak karena last minute bisa saja berubah. Dua kepentingan politik setiap partai pada momentum pilkada adalah pertama komitmen membesarkan partai pada pemilu mendatang, dan kedua transaksional mahar politik. “Non-sense parpol memberikan rekomendasi secara gratis,” ujarnya.
Lebih lanjut Cak Ta’in menekankan, calon yang siap dana secara mandiri dan maksimal tentu akan dengan lebih mudah mendapatkan rekomendasi partai. Tetapi secara administrasi, Anna dan pasangannya cukup dengan PKB, sudah memenuhi syarat untuk pendaftaran calon di KPU. Apalagi ditambah PDIP yang tidak mungkin mau menjadi pecundang hanya sebagai pendukung ikut-ikutan partai berkuasa.
“Kuncinya tetap soal pendanaan. Apakah Wahono-Nurul mempersiapkan amunisi itu, mau mengorbankan harta yang dihimpun selama puluhan tahun, untuk kepentingan politik. Belum tentu menang loh.” urainya.
Ditambahkan Cak Ta’in, untuk biaya sosialisasi dan suksesi pilkada sebuah daerah dibutuhkan minimal Rp. 50 Miliar. Itu belum dihitung jika rekomendasi partai harus bayar mahar politik, yang biasanya dihitung per/kursi. Untuk dapat donasi besar juga tidak mudah untuk didapatkan. Setiap dukungan dana pasti ada komitmen dan konsekuensi. Butuh keberanian dan nyali besar kalau bantuan pendanaan sifatnya hutang kalau kalah, sementara kalau menang bisa dikonversi dengan suatu kebijakan.
“Maka saya melihat secara potensi menang Anna Mu’awanah masih lebih besar lawan Wahono-Nurul. Jadi siapapun calon wakilnya, tentu sangat diuntungkan untuk periode mendatang. Hanya perlu sabar, manut, dan tidak banyak tingkah. Jika bisa mengambil hati Anna, pasti akan dikader sebagai penerus. Jadi siapa Kang Huda atau Mas Teguh?” tambah Cak Ta’in. ***